Seribu Batu Songgo Langit | foto : Gilang Satmaka

Seribu Batu Songgo Langit | foto : Gilang Satmaka

BANTUL - Destinasi wisata Baru di Yogyakarta terus bermunculan, berbagai alternatif pilihan tempat wisata tersebar di kota Gudeg ini.
Salah satu yang sedang heboh di media sosial yaitu adalah Seribu Batu Songgo Langit.
Terletak di dusun Sukorame Mangunan, Dlingo, Bantul, Seribu Batu Songgo Langit merupakan destinasi wisata dengan panorama alam hutan pinus dan ambience-ambience unik untuk berfoto.
Menurut Ipung Purwoharsono selaku kepala koperasi Notowono, tempat wisata tersebut dikelola sudah sejak tahun 2016 lalu.
"Pada tahun 2016 lalu di tempat ini baru di bangun gazebo-gazebo dan sebuah jembatan kayu, belum banyak pengunjung yang datang seperti sekarang ini," ujar Ipung.
Ia menambahkan Seribu Batu Songgo Langit baru mulai ramai oleh pengunjung, serta warung-warung mulai aktif beroperasi pada Maret 2017.
"Ambience-ambience untuk spot berfoto baru jadi pada maret 2017 kemarin, Ambience seperti rumah Hobit, rumah Kukusan serta rumah Seribu Kayu Negeri Dongeng, yang menjadikan tempat ini ramai dan memiliki daya tarik para pengunjung.
Tempat wisata baru yang masih di bawah pengelolaan koperasi Notowono tersebut, dikelola sendiri oleh masyarakat sekitar yaitu masyarakat pedukuhan Sukorame.
Walau begitu tempat parkir yang luas serta nyaman di tempat tersebut adalah Bantuan Keuangan Khusus (BKK) Dari Gubernur DIY yang mendukung penuh eksistensi tempat wisata Seribu Batu Songgo Langit tersebut.
Menurut Ipung walau mulai ramai pengunjung sejak bulan Maret 2017, Tempat wisata tersebut sudah bekerjasama dengan dinas Kehutanan DIY sejak 31 Januari 2017 lalu.

"Nama Seribu Batu sendiri diambil dari layout kawasan tempat ini yang kebanyakan batuan-batuan besar, kalau nama Songgo Langit sudah dari lama, karena letaknya yang berada di wilayah lembah, orang-orang pada jaman dulu kalau melihat mendung atau gumpalan awan seperti di sangga sebuah bukit yang berjarak 1 Km dari tempat ini," ungkap Ipung.
Saat mulai memasuki kawasan Seribu Batu Songgo Langit, pengunjung akan merasakan seperti berada di negeri dongeng.
Suasana dingin, rumah kayu hobbit yang kecil serta pepohonan pinus yang lebat membuat tempat ini menggambarkan sebuah tempat dalam cerita-cerita dongeng.
Berbagai ambience unik juga semakin menambah nuansa dongeng di tempat tersebut. Seperti jembatan kayu penghubung, yang nampak artistik.
Lalu ada rumah seribu kayu, yang mirip dengan rumah Kurcaci, serta Bunga Teratai besar buatan yang menggambarkan keindahan negri dongeng.
Beberapa spot menarik lainnya bisa dinikmati sembari duduk bersantai di sebuah rumah kayu yang berada di sekitar kawasan wisata tersebut.
jalan setapak yang menyerupai taman-taman kecil dengan batuan putih yang ditata rapi serta bunga-bunga di kiri kanan jalan tersebut, memberi nuansa dunia dongeng, yang berbeda dari tempat wisata lainnya
Selain itu, kupu-kupu kayu raksasa di sebelah barat tempat wisata tersebut, menambah suasana berkhayal bagi para pengunjung.
Dua batuan yang sangat besar di area sekitar jembatan menguatkan lagi angan pengunjung akan cerita-cerita dongeng dalam buku-buku. Kicau burung, di tempat yang masih alami dengan pepohonan pinus yang rindang tersebut masih bisa didengarkan dengan riuhnya.


Cahaya matahari yang menembus melalui celah- celah dahan memendarkan bayangan yang nampak artistik.
Menurut Ipung Ambience-ambience serta spot foto unik tersebut dibuat atas idenya sendiri.
"Konsep negeri dongeng ini dibuat karena saya melihat view di Seribu Batu Songgo Langit ini terlalu monoton, sehingga saya berpikir ingin membuat sesuatu yang berbeda dengan membuat ambience-ambience seperti dalam cerita-cerita dongeng," jelas Ipung.
Ia juga menambahkan bahwa rencana ke depannya tempat wisata tersebut akan ditambahkan
taman kelinci, yang juga akan menempatkan beberapa kelinci di suatu lokasi kawasan wisata tersebut sehingga anak-anak bisa memberi makan langsung kelinci-kelinci tersebut.
"Konsep tersebut bermakna agar anak-anak kecil di edukasi tentang makna kehidupan sejak kecil," tambah Ipung.
Ipung juga mengatakan bahwa rencananya dalam waktu dekat kawasan wisata Seribu Batu Songgo Langit akan membangun sebuah panggung, yang difungsikan untuk pagelaran acara dongeng.
"Nantinya panggung tersebut digunakan untuk menyampaikan cerita-cerita dongeng yang menyampaikan pesan-pesan kebaikan, dimana pesan-pesan tersebut dikemas melalui cerita-cerita Fabel (Cerita Binatang), hal tersebut diharapkan agar pengunjung bisa mendapatkan suatu makna kehidupan saat berekreasi," papar Ipung.
Di sisi lain kawasan wisata tersebut ada juga wahana permainan untuk memacu adrenalin anda. Tepat berada di jalur jalan pintu masuk anda bisa turun ke lokasi wisata dengan menggunakan Flying Fox.
Mencoba wahana tersebut anda cukup dikenakan biaya sebesar Rp15.000. Dengan biaya tersebut anda akan merasakan sensasi terbang bak di negri dongeng sungguhan.
Wahana tersebut juga dipandu oleh-oleh para pengelola yang sudah sangat terlatih, jadi jangan khawatir dengan keselamatan diri anda.

Melihat ramainya pengunjung di kawasan wisata Seribu Batu Songgi langit tersebut, Ipung pun merencanakan banyak hal untuk memperindah tempat tersebut, seperti akan ditambahkannya rumah hobit yang akan menggambarkan kehidupan hobit itu sendiri.
Lampu-lampu spot yang mengarah di satu titik juga rencananya akan ditambahkan di kawasan wisata tersebut untuk menambah suasana layaknya berada di sebuah negeri dongeng.
Untuk memasuki tempat wisata tersebut, pengunjung cukup merogoh kocek sebesar Rp4.000, harga tersebut sudah termasuk harga tiket masuk dan biaya parkir.
Menuju ke tempat wisata Seribu Batu Songgo Langit tersebut tidaklah sulit. Anda bisa melalui arah Dlingo ke Hutan Pinus Mangunan, ikuti jalan beraspal sekitar kurang lebih 3 KM dari hutan Pinus Asri anda sudah akan sampai di lokasi Wisata Seribu Batu Songgo Langit yang berada di kiri jalan.
Parkir yang luas dan akses jalan yang sudah bagus membuat tempat tersebut bisa dikunjungi menggunakan berbagai macam jenis kendaraan tak terkecuali bus-bus besar sekalipun.

[Sumber&foto : Tribun Jogja/ Gilang Satmaka]