Tes psikologi merupakan cara yang digunakan untuk mengamati reaksi individu seseorang. Hal itu terkait emosi dan perilaku. Saat ini tes psikologi sudah makin berkembang. Tes itu menjadi hal biasa di antaranya untuk kebutuhan penilaian dalam dunia pendidikan dan perekrutan seseorang yang melamar pekerjaan.

Tapi, dahulu tes ini bermula untuk pemeriksaan tahap awal pada orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), seperti dikutip dari buku Tes Psikologi, Tes Inteligensi dan Tes Bakat. Pada abad 19 terjadi perubahan cara pandang terhadap orang dengan gangguan jiwa yang sebelumnya kerap diperlakukan tak selayaknya. Perkembangan ilmu pengetahuan berkontribusi untuk pengobatan dan perawatan yang manusiawi pada orang dengan gangguan jiwa. Para ahli merumuskan kriteria untuk mengidentifikasi berbagai kasus gangguan jiwa.

Tes psikologi di Eropa maupun Amerika Serikat berkembang bertahap untuk sistem klasifikasi yang objektif. Psikiater Edouard Seguin melakukan eksperimen dengan metode fisiologis. Sejumlah cara yang dikembangkan oleh Seguin dimasukkan dalam tes inteligensi nonverbal atau tentang kinerja seseorang. Pada 1839, Seguin pun membuka sekolah untuk anak-anak berkebutuhan khusus, sebagaimana dikutip dari Britannica.

Pada abad 19, eksperimen psikologi awal menunjukkan kebutuhan  kendali yang ketat atas kondisi observasi. Contohnya, pemakaian kata-kata dalam petunjuk yang diberikan kepada peserta dalam eksperimen. Adapun eksperimen lain juga kecerahan atau warna dari lingkungan sekitar yang bisa mengubah tampilan visual.


Standardisasi prosedur seperti ini pada akhirnya menjadi salah satu ciri khusus tes psikologi. Ilmuwan Francis Galton termasuk juga tokoh yang berperan dalam perkembangan pengetesan. Penelitian Galton terkait minatnya terhadap penurunan sifat genetik dari orang tua ke anak (hereditas).

Galton menyadari kebutuhan pengukuran ciri dari orang yang masih punya hubungan keluarga. Menurut Galton, satu-satunya informasi yang sampai pada diri seseorang berhubungan dengan peristiwa bagian luar (eksternal) melewati indra. Semakin berbeda perspektif indra itu, maka makin besar bidang yang menjadi penilaian dan inteligensi.

Galton juga merintis penerapan metode skala peringkat dan kuesioner. Ia juga menggunakan teknik hubungan antar gagasan yang bebas. Itu selanjutnya diterapkan dalam pengembangan metode statistik untuk analisis data tentang perbedaan individual. Galton mengadaptasi sejumlah teknik yang digunakan para ahli matematika. Teknik itu disesuaikan untuk hasil tes secara kuantitatif. Itu memperluas  aplikasi prosedur statistik dan analisis data.

 

 

sumber : [ TEMPO.CO | WILDA HASANAH | Editor : Bram Setiawan ]