YOGYA - Menghadapi potensi lonjakan pelancong selama Libur Natal dan Tahun Baru (Nataru), Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta mewanti-wanti para pelaku usaha dan juru parkir (jukir) di destinasi wisata, supaya menerapkan harga wajar dan menghindari perilaku nuthuk.

Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi, mengatakan, pihaknya tidak akan memberi toleransi pada para pelaku usaha yang kedapatan nuthuk atau menaikan harga tinggi.

Pasalnya, tindakan tersebut sangat mencoreng status kota wisata, yang belakangan geliatnya mulai dirasa kembali oleh masyarakat.

"Sebenarnya tidak usah Nataru pun kita tegas. Tidak ada ruang yang bisa dimainkan oleh siapa pun. Ya, yang nuthuk harga langsung kita cabut (izinnya), langsung kita tutup. Sudah, itu saja," ungkapnya, Kamis (23/12/2021).

 

Heroe menyampaikan, berkaca dari kejadian sebelumnya, pelaku nuthuk memang wajib diganjar sanksi tegas, agar tak memiliki kesempatan untuk mengulangi perbuatannya lagi. Karena itu, ditegaskannya, selama momen Nataru nanti Pemkot dipastikan tak akan memberi ampun.

"Perbuatan yang sudah dilakukan berkali-kali, tidak ada ampun lagi. Berkali-kali loh itu, dan tidak hanya satu orang, tapi kasusnya berulang-ulang kan," terangnya.

Bukan tanpa alasan, di tengah hegemoni media sosial, insiden seperti itu bisa dengan cepat menyebar luas dan seketika menjadi preseden buruk bagi Kota Yogyakarta.

Layaknya viral pecel lele nuthuk yang diunggah oleh wisatawan Malioboro pada Juli silam.

"Kami sudah ingatkan juga berkali-kali, buat harga yang normal, wajar, dan tidak boleh memasang penawaran yang aneh-aneh. Seperti kemarin itu (pecel lele), tawaran tidak dalam paket, tapi dalam bentuk eceran. Tidak boleh lagi kejadian begitu, ya," ujar Wawali.

 

Pemkot Yogyakarta menegaskan bahwa kawasan Malioboro tidak akan ditutup pada malam tahun baru nanti.

Hanya saja, pembatasan aktivitas masyarakat di sana tetap diberlakukan.

Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti berujar, jajarannya sudah menyiapkan berbagai antisipasi, supaya wisatawan Malioboro tetap terkendali. Salah satunya dengan skema buka tutup menyesuaikan kepadatan di lapangan.

"Tidak ditutup bukan berarti bebas, ya. Tapi, dikendalikan. Sepanjang Tugu, Malioboro, dan Titik Nol Kilometer tidak boleh ada perayaan. Kita tidak mengadakan kegiatan ingar bingar, tidak ada," tegasnya, Kamis (23/12/2021).

 

Haryadi pun meminta semua pihak supaya belajar dari pengalaman tahun baru sebelumnya, saat kasus Covid-19 di Kota Yogyakarta melonjak signifikan seusai Nataru. Sebisa mungkin, tren buruk itu jangan sampai terulang.

"Makanya, tingkatkan, semuanya harus belajar dari yang pernah dilakukan. Ayo, kita harus lebih baik, lebih sempurna lagi dalam mengantisipasi Nataru ini," ucapnya.

Lebih lanjut, penyekatan jalan-jalan protokol juga siap diterapkan seandainya kondisinya benar-benar diperlukan. Namun, jika masih terkendali, pihaknya jelas menghindari kebijakan tersebut.

"Jadi, sifatnya situasional dan kondisional. Antisipatif. Ini pasti membuat masyarakat merasa tak nyaman. Tapi, yang penting sekarang menjaga agar semua sehat. Daripada di-loske (dilepas) terus banyak yang sakit," urainya.

"Nanti sampling (tes) antigen untuk wisatawan juga tetap kita terapkan. Mobil-mobil (laboratorium mobile) kita siagakan, ya, di kecamatan-kecamatan yang tingkat aktivitasnya di tahun baru tinggi," tutur Wali Kota.

 

34 ATCS

Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta mengoptimalkan Area Traffic Control System (ATCS) selama libur Nataru. Tujuannya agar arus lalu lintas dapat dikontrol meski jarak jauh.

Kepala Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta, Agus Arif Nugroho mengatakan, dari 58 simpang di Kota Yogyakarta, ada 34 simpang yang sudah terintegrasi dengan ATCS.

Simpang-simpang yang terintegrasi ATCS tersebut adalah simpang yang cukup padat. "Kami optimalkan ATCS. Sebelumnya ada 32 ATCS, tetapi tahun ini kami ada penambahan dua, jadi total ada 34. Kami tambah di Jetis dan Gedongkuning," jelasnya, Kamis (23/12/2021).

Pengoptimalan ATCS memang diperlukan. Sebab, lanjutnya, arus lalu lintas dapat dikendalikan dari kantor Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta. Pihakanya pun bisa dengan mudah mengurai kepadatan kendaraan di simpang-simpang.

"Kan tidak mungkin juga petugas berdiri dua jam untuk mengatur lalu lintas, makanya dibutuhkan teknologi," sambungnya.

Selain mengoptimalkan ATCS, pihaknya tetap melakukan pengaturan lalu lintas di lapangan. Titik yang menjadi perhatian adalah jalan menuju kawasan Malioboro. Sebab diprediksi terjadi penambahan volume kendaraan seperti yang sudah-sudah. Pihaknya juga berkoordinasi dengan kepolisian untuk pengaturan dan rekayasa lalu lintas.

"Saat ini saja sudah ada kepadatan di Malioboro. Titik penambahan volume ini nanti sekitar Kleringan, Abu Bakar Ali, titik ke Malioboro, kemudian Gondomanan. Kita sudah koordinasi dengan Satlantas (Polresta)," imbuh Agus.

 

Bus Wisata Bebas Ganjil-Genap 

Aturan ganjil genap kendaraan yang menuju ke tempat wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) saat libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) akan diberlakukan. Namun kebijakan itu tidak berlaku bagi kendaraan umum, di antaranya bus pariwisata dan sejenisnya.

Bus-bus pariwisata nantinya dapat mengantar penumpang ke semua destinasi wisata tanpa ada pengecekan pelat kendaraan. "Seperti masa PPKM kami akan berlakukan ganjil genap di wisata untuk kendaraan pribadi," kata Direktur Lalu Lintas Polda DIY, Kombes Pol Iwan Saktiadi, di Mapolda DIY, Kamis (23/12/2021) siang.

Pemberlakuan ganjil genap kendaraan disesuaikan berdasarkan tanggal saat itu. Sebagai contoh pada saat tanggal 25 Desember merupakan tanggal ganjil, maka kendaraan pelaku perjalanan harus menyesuaikan angka belakang nopolnya adalah ganjil pula.

Bagi pengemudi kendaraan pribadi yang menuju destinasi wisata dengan nomor polisi tidak sesuai tanggal, maka tidak diperkenankan untuk masuk ke area objek wisata. Kendaraan dipersilakan menepi, atau penumpang menggunakan kendaraan lain yang nomor polisinya sesuai tanggal.

Sementara bagi wisatawan yang menggunakan sepeda motor, dijelaskan Iwan, pihaknya akan menyesuaikan kondisi di lapangan. "Untuk aturan sepeda motor, kami melihat dinamika di lapangan," tegasnya.

Aturan ganjil genap kendaraan pribadi yang menuju ke objek wisata sudah berlaku per kemarin. Namun setelah dievaluasi, penerapannya secara situasional dan menyesuaikan tingkat keramaian objek wisata itu sendiri.

 

Puncak libur
Pemkot Yogyakarta memprediksi wisatawan yang bervakansi di wilayahnya selama libur Nataru bakal berdatangan mulai Jumat (24/12) ini. Sehingga, akhir pekan nanti otomatis angka kunjungan di destinasi melancong akan memuncak.

Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti mengatakan, malam hari pada 24 Desember, rangkaian seremoni Natal bersama keluarga besar sudah dimulai. Sehingga, ada kemungkinan rombongan dari luar daerah, khususnya yang hendak mengunjungi sanak saudaranya, mulai bergerak masuk.

"Apalagi, besok (hari ini) kan Jumat, setelah jam kantor, pasti berdatangan dan mengunjungi keluarganya, terutama di Kota Yogyakarta," ungkapnya, Kamis (23/12/2021).

Demi memberikan rasa aman dan nyaman bagi wisatawan, pihaknya pun mempersiapkan langkah antisipasi, meski ia meyakini banyak turis yang tidak menyukainya. Seperti kebijakan buka tutup Malioboro, pemagaran kawasan Titik Nol Kilometer, atau pengawasan prokses oleh petugas.

"Tapi, itu kan untuk kebaikan semua. Tidak ada niat selain demi menjaga agar kita semua tetap sehat. Lagipula, varian baru corona, omicron, sudah terdeteksi di Indonesia, dan katanya bisa menyebar lebih cepat," jelas Haryadi.

Dengan pertumbuhan kasus harian Covid-19 yang sudah sangat landai dan tingkat vaksinasi yang sudah melampaui 100 persen, wisatawan pun semakin antusias untuk berkunjung ke Kota Yogyakarta. Sebab, mereka merasa kota pelajar saat ini kondisinya aman.

"Ya, orang kan cenderung datang ke tempat yang aman. Sudah beberapa minggu terakhir ini kan, setiap weekend selalu ramai. Malioboro itu, waduh, ayolah. Kita tekankan, Malioboro kawasan wajib vaksin dan masker," katanya.

"Kami juga sudah berkoordinasi dengan Pak Kapolres dan Dandim, supaya menginstruksikan personelnya di wilayah untuk terus memantau, menjaga agar jangan sampai ada kerumunan. Kalau ada, harus diurai," lanjut Haryadi. 

 

sumber : [ TribunJogja.com | Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni ]