Bagi sebagian orang, Gunung Merapi dianggap memiliki kekuatan magis. Bahkan Gunung Merapi memiliki posisi sentral dalam kaitannya dengan garis imajiner antara Laut Selatan, Keraton Yogyakarta, dan berakhir di Gunung Merapi. Kepercayaan terkait mitos ini, sudah ada sejak zaman dulu. Dan masih lestari hingga sekarang.

Anda boleh percaya, boleh juga tidak.

Namun mitos-mitos itu tumbuh dan terpelihara lewat kearifan lokal dalam balutan kebudayaan warga yang ternyata memiliki nilai-nilai positif di masa kekinian.

Semisal kepercayaan adanya Kerajaaan Lelembut Merapi.

Di tempat itu, ada sejumlah pantangan yang tak boleh dilanggar. Semisal pantangan menebang pohon, pantangan berbicara kasar, pantangan buang air kecil sembarangan, pantangan memindahkan benda-benda, dan pantangan merusak alam. Tentu saja, hal itu selaras dengan upaya pelestarian alam.

 

Gunung Merapi dilihat dari aliran Kaliworo, Balerante, Klaten beberapa waktu lalu. (TRIBUNJOGJA/ALMURFI SYOFYAN)

Selain kepercayaan akan adanya Kerajaan Lelembut Merapi, dalam mitos itu juga dipercaya adanya sosok-sosok sentral penunggu di Merapi.

Yang paling terkenal, yakni keberadaan Mbah Petruk.

Setiap kali Gunung Merapi menunjukkan peningkatan aktivitas, warga kerap kali menghubungkannya dengan kemunculan Mbah Petruk yang bertugas memberitahu warga akan adanya bahaya dari Merapi yang sedang 'Nduwe Gawe'.

Mbah Petruk menurut warga bertugas memberikan peringatan serta memberitahu apa saja yang harus dilakukan untuk menyelamatkan diri saat Merapi mulai menggeliat.

Menurut cerita rakyat, kedatangan Mbah Petruk ditandai dengan suara seperti terompet, yang dalam pandangan warga yakni menggambarkan suara-suara aktivitas di perut Gunung Merapi.

 

Visual Gunung Merapi, Kamis (1/7/2021) (Dok BPPTKG)

Selain Mbah Petruk ada sosok-sosok penunggu kerajaan lelembut Gunung Merapi lainnya.

Dikutip dari penelitian Septian Aji Permana, Dewi Liesnoor Setyowati, Achmad Slamet, Juhadi (UNNES) tentang Mitologi Gunung Merapi sebagai Kearifan Masyarakat dalam Memahami Erupsi Merapi di Wilayah Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, berikut uraiannya :

 

1. Empu Rama dan Empu Permadi

Keduanya mengelola kerajaan lelembut atau Kerajaan Makhluk Halus, seperti halnya dalam struktur pemerintahan. Sehingga keduanya memiliki peran sangat sentral.

 

2. Nyai Gadung Melati

Nyai Gadung Melati bertugas memelihara keasrian alam sekitar Merapi. Ia juga merupakan komandan pasukan lelembut Merapi yang tinggal di Gunung Wutoh, salah satu titik paling angker di Merapi.

Gunung Wutoh juga dipercaya sebagai gerbang masuk menuju ke Kerajaan Merapi.

 

3. Eyang Sapujagad

Eyang Sapujagad dipercaya mendiami bagian Pasar Bubrah yang berada di areal kawah merapi.

Ia berperan mengatur keadaan alam Merapi.

Eyang Sapujagad juga memiliki peran sentral lantaran ia adalah kunci penentu meletus atau tidaknya Gunung Merapi.

 

4. Kyai Krincing Wesi dan Branjang Kawat

Kyai Krincing Wesi dan Branjang Kawat adalah anak buah dari Eyang Sapujagad yang membantu mengatur keadaan merapi.

 

5. Kyai Sapuangin

Sesuai dengan namanya, Kyai Sapuangin bertugas mengatur kecepatan angin ketika Gunung Merapi meletus.

Secara faktual, arah angin memang sangat berpengaruh terhadap arah sebaran abu vulkanik ketika Gunung Merapi meletus.

 

6. Eyang Megantara

Eyang Megantara bertugas mengatur cuaca dan udara Gunung Merapi. Hawa panas yang muncul menjelang erupsi Merapi juga diyakini sebagai bagian dari petunjuk dari Eyang Megantara.

 

7. Kyai Kartadimedjo

Kyai Kartadimedjo bertugas memberikan pesan dari jagat lelembut Merapi kepada warga di sekitar lereng Merapi.

Ia akan memberitahukan segala macam aktivitas di jagat lelembut merapi supaya warga senantiasa waspada.

Kyai Kartadimedjo juga dipercaya sebagai sosok yang bertugas menjaga ternak milik warga.

 

Demikian, mitos tentang penunggu kerajaan lelembut merapi yang masih lestari hingga kini. Bagaimana pun hal itu merupakan salah satu cerita rakyat yang patut dihormati. Masyarakat mempercayainya sebagai bagian dari upaya memahami bagaimana perilaku alam dalam bingkai kearifan lokal.

Menariknya, banyak mitos maupun kisah mitologis lainnya, yang ternyata memiliki hubungan dengan fenomena alam yang sifatnya faktual. Semisal tentang Legenda Ratu Kidul yang ketika dirunut kronologinya secara saintifik, diketahui bahwa mitos Nyai Roro Kidul erat kaitannya dengan catatan kejadian tsunami di perairan selatan jawa. 

 

[ sumber : tribunnews.com | Penulis: Mona Kriesdinar | Editor: Mona Kriesdinar ]